Kucoba ungkap tirai keheningan malam dalam gusar, bertatapkan hati yang penuh kemelut cakrawala kehidupan, ada rahasia yang tersirat. Ketika lentera keheningan mulai tampak, berseteru relung jiwa yang terpendam, bersama nyanyian syahdu sang pemilik jemari kecil, dia terduduk sayu nan ayu.
indah bukan? Tanyaku dalam tatapan sendu, Jemari kecil itu hanya menunjuk satu-persatu bintang di langit tanpa sepatah kata yang terucap, kemudian menurunkan tangannya secara perlahan, menatapku dengan sejuta makna heran, lalu pergi meninggalkanku sendirian.
Ku tertunduk sejenak, ada kalanya bias senyum darinya ingin kudapatkan, namun terus saja berlalu. Aku berdiri dengan tegar, mencari sebuah kamar jemari kecil itu berada, ku terlihat dia terdiam terlelap. Sungguh indah, namun tak seberapa lama sepertinya dia merasakan kehadiranku, tatapannya seakan menyuruhku untuk mendekatinya, aku paham dan aku mendekat, dia menyodorkan jemari itu, sungguh indah, dengan balutan kehangatan dia memegeang erat tangan ku seraya tersenyum tipis, cantik sekali.
“wahai sang penjajak kehidupan”, dia memulai berbicara. “kamu tau bahwa cerita selalu memberikan kisah menarik tersendiri dalam kehidupan kita”.
“ya, tentu saja, lalu?” tanyaku kembali.
“apakah aku sungguh berharga di sisimu?”. Tanyanya dengan keseriusan.
“tentu saja, kau adalah urat nadiku”. Jawabku dengan nada meyakinkan. “memang ada apa?”.
“aku takut ketika jemari yang kumiliki ini tidak bisa lagi menemanimu dan menggenggam erat tanganmu, kau tidak akan bisa merintis kehidupan lagi, apakah kau siap untuk kehilangan ini semua duhai sang penjajak kehidupan?”.
Aku hanya terdiam, sungguh malang diriku jika itu benar-benar terjadi.
“janganlah kau berbicara seprti itu, kau tau kau dan jemari kecilmu ini adalah urat nadi bagiku, nyawa bagi ragaku, mana mungkin aku bisa bertahan sendirian, hadirmu adalah bahagiaku, kepergianmu adalah laraku”, jawabku dengan sedikit butiran yang menghias di tepian mata.
Dia hanya tersenyum lebar tanda bahwa dia puas dengan jawabanku.
“aku akan terus memegang erat tanganmu, dari sekarang kau harus selalu bersamaku, menjaga diriku, dan mari kita sama-sama mencipta dunia baru, aku ingin kita sisipkan sejuta asa dalam belukar kehidupan ini”. Jawab sang pemilik jemari kecil itu.
“ dan aku akan selalu menorehkan sebuah asa dalam hatimu agar kau merasa bahwa aku benar-benar menjadi urat nadi bagi jiwamu.”
Kala itu aku tersenyum dengan berjuta mimpi, aku tahu dia pasti selalu menemaniku setiap saat, dan benar saja, setiap malam dia selalu mengirimkan surat di setiap lelahku dan memberikan kata-kata nan indah bertajuk cita-cita yang indah, ketika aku penat dengan kehidupan, ku selalu singgah ke kamar jemari kecil, memandangnya sungguh memberikan keyakinan, bersamanya selalu mengalirkan kehidupan dengan nada yang baru.
Aku senang sang jemari kecil itu hadir dalam kehidupanku, tanpanya apalah daya ku, kini kami melangkah bersama mengarungi kehidupan dengan penuh kekuatan, asa yang dia berikan kepadaku sungguh sarat makna.roda kehidupan yang penuh ranjau ini akan aku jinakkan bersama sang jemari kecil itu.
Created by : Rusmini